Menginap dan Riset di Kampus IPB H-1

Rabu (21/3/2018). Alarm dengan lagu “Dumb Dumb” – Red Velvet kembali membangunkan aku pukul 4.30 pagi. Aku keluar kamar tidur untuk mandi, dan menyiapkan bekal makan siang. Selagi memasak, aku melihat grup WA Penggalang Oase. Ternyata rombongan dari Stasiun Buaran dan Kranji sudah berangkat ke stasiun masing-masing. Mereka memang berposisi lumayan jauh dari Stasiun Bogor (stasiun tujuan kami), tapi aku kaget mereka berkumpul sepagi itu.

Setelah sarapan, aku berangkat menggunakan Gojek. “Masalahnya”, selain dua tas yang kubawa (Satu tas besar, satu lagi berisi boots) aku juga diminta untuk membawa dua buah tongkat pramuka untuk upacara. Tapi walaupun sedikit rempong berhasil kubawa.

Sayangnya, di kereta tidak boleh membawa barang yang melebihi tinggi satu meter, dan tongkat yang kubawa sekitar 1.5 meter. Aku sempet panik sebentar. Tapi pada akhirnya aku menitipkan tongkatnya ke seorang petugas, nanti sedikit lebih siang-an Tante Pratiwi akan mengambilnya. Kalau yang untuk upacara akan dibawakan oleh Anja dan Katya yang tidak akan naik kereta.

Di Tebet sudah ada Trisha yang kemarin sudah janjian. Tadinya Hibban akan ikut dengan kami, tapi kami diminta untuk duluan. 100% kebetulan, kami berhasil satu kereta, satu gerbong bahkan, dengan rombongan Kranji+Buaran. Sebenarnya ada sedikit masalah dengan Nawra yang seharusnya juga bertemu di Manggarai. Tapi yang lain berjalan dengan lancar.

m e n u n g g u

Di Stasiun Bogor, kami menunggu beberapa rombongan lain seperti yang dari Stasiun Tanjung Barat. Setelah semuanya tiba, kami jalan per-regu kearah angkot yang mengantar kami sampai Terminal Laladon, dan setelahnya ke IPB.

Sampai disana kami harus berjalan beberapa menit lagi untuk sampai ke tempat kami akan tidur. Karena mengenakan tas yang lumayan berat, perjalanan jadi terasa lebih lama dan melelahkan dari seharusnya.

Perjalanan beberapa menit tersebut akhirnya berakhir dan kami disapa oleh teman-teman yang sudah sampai. Dengan leganya, kami melepaskan beban dari punggung masing-masing, dan siap-siap untuk upacara pembukaan. Pemimpin upacara kali ini adalah Kalila dan Vito sebagai Pembaca Upacara.

“Kaysan dimakan macan” versi Kalila

Upacara selasai waktunya makan~ Kami mengambil bekal masing-masing dan makan dengan lahap di Aula. Sehabis makan kami diceritakan dan dijelaskan tentang ekspedisi yang akan kami lakukan suatu hari. Kami juga “mengkritik” hasil tugas dari kelompok lain.

Materi pertama yang kami terima adalah tentang mencetak tapak kaki binatang menggunakan gypsum atau semen putih. Kami dicontohi cara membikin adonannya dan bagian mana dulu yang harus dituangkan gypsum. Sebelum pergi jelajah, kami bermain dulu sebuah permainan bernama “Suit Hewan”. Untuk melakukannya kami harus memperagakan hewan yang akan dilakukan sesuai persetujuan regu. Permainan tidak berlangsung terlalu lama, jadi setelah sekitar 20 menit (?) kami pergi melakukan penjelajahan sore per-regu.

Reguku pergi ke Taman Rektorat yang untungnya tidak terlalu jauh. Di taman tersebut kami diminta untuk mencari satwa liar dan mencatatnya. Kami pertama menemukan banyak burung terbang diatas kami. Setelahnya kami melewati sebuah air mancur yang sudah tidak bekerja. Di air mancur tersebut terdapat banyak kepik air dan serangga air lainnya. Kami juga menemukan seekor bajing, yang tadinya kami kira tupai, di sebuah pohon besar. Terakhir, kami juga melihat dua ekor burung yang s a n g a t berisik. Suaranya sangat tinggi, posisinya juga. Mereka terlihat seperti sedang ngobrol.

Di taman itu juga, kami pergi membuat cetakan tapak hewan. Kami “menemukan” tiga buah tapak binatang yang kurang kami ketahui, dan mulai mengukur masing-masing tapak hewannya. Setelah membuat frame dan membuat adonan gypsum-nya, kami menuangnkannya kedalam “cetakan”. Terakhir, kami menutupinya dengan plastik agar tidak kotor. Yang paling mengesalkan dari prosesnya adalah jumlah nyamuk yang suaaangat banyak.

mencetak tapak satwa sambil melawan nyamuk kebun

Pukul 5 seharusnya kami sudah balik, tetapi pukul 5 kami malahan baru jalan balik :p. Ternyata sekarang adalah waktu kosong, jadi kami ada beberapa yang pergi mandi dan istirahat sholat. Tadinya, setelah itu kami akan memesan nasi padang. Tetapi karena waktunya tidak cukup, reguku pergi makan di sebuah kantin yang lumayan dekat.

Pukul 7-nya kami semua berkumpul siap untuk penjelajahan malam dan ditemani oleh Kak Bayu dan Kak Gomez. Kami jalan lagi ke Taman Rektorat untuk mencari katak dan kodok. Awalnya tidak terlihat tanda-tanda akan menemukannya. Tapi ketika sampai di air mancur (yang tidak bekerja tadi) kami menemukan katak dan kodok. Ketika hendak menangkap kataknya, katak tersebut meloncat jauh ke Kak Dinda dan membuat kami semua teriak histeris.

Sebenarnya kami menemukan dua katak, karena mereka sepertinya sedang nikah terus kita ganggu. Kedua katak itu kami tangkap dan masukan dalam plastik untuk observasi sebentar. Warnanya yang tadinya hijau lumayan terang, karena stress menjadi gelap, sangat gelap hampir hitam.

Kalau kodoknya kami hanya ketemu satu yang besar. Ketika ditangkap dia meloncat-loncat berusaha kabur tapi lama-lama pasrah :(. Selain badannya yang tidak ramping dan jauh beda dengan katak, kodok yang kami temukan memiliki tekstur tubuh berbintik-bintik kasar. Sedangkan yang katak terlihat licin dan klimis.

Setelah penjelasan dari kakak-kakak fasilitator, kami melepaskan amphibi-amphibi yang sedang stress tersebut. Ketika kataknya dilepaskan, dia melompat jauh kearah kami dan teriakan histeris dapat didengar lagi.

“안녕 froggos~”

Balik dari jelajah malam kami diminta untuk merapihkan data yang kami temukan waktu jelajah. Di kiri, dapat terlihat kami sedang menulis dan membaca guide book untuk hewan yang kami temukan. Di sisi lain ada beberapa orang yang sedang tidur karena kelelahan. Ternyata Regu elang menemukan seekor bunglon yang setiap kali tidak sengaja dilepas, teriakan mengisi seluruh ruangan.

Karena kelihatannya sudah lelah, para lelaki diminta untuk ke lantai bawah untuk istirahat agar yang putri juga mulai menggelar alat tidur. Kami masing-masing mengeluarkan matras dan sleeping bag masing-masing dan menggelarnya di posisi yang diinginkan. Kami, tentunya, tidak langsung tidur. ehe

Credit foto: Sekala Petualang

Share this post