Tantangan Eksplorasi – Festival Desa

Hari ini, pada tanggal 30/10/2016, aku dan bapak pergi ke Festival Desa.

Hari jum’at (tanggal 28/10/2016), kami sekeluarga (ditambah keluarga tante Annette dan tante Mella) naik kereta dalam rangka pulang dari perjalanan kami di jawa tengah. Di kereta, bapak dan ibu mengatakan bahwa kak Shanty memberikan tugas baru, yaitu mengikuti acara “Festival Desa.” Kami diminta untuk bertanya ke panitia mengapa acara itu diselangarakan dan juga menanya ke salah satu stand yang ada di acara tersebut.

Jadi pada hari minggunya (30/10/2016), aku dan bapak berangkat jam 8 pagi ke Bumi Perkemahan Ragunan dengan cara Go-Jek, Busway, dan jalan. Tempatnya lumayan jauh, sekitar 1 1/2 jam dari rumah. Di perjalanan, kami berjuang di keramaian Jakarta pada hari minggu.

Di sana, aku bertemu dengan Raka, Adinda, dan Donna. Saat itu Adinda sedang mendengarkan seorang pria yang sedang presentasi tentang singkong. Tempat duduk masih luang, jadi aku ikut mendengarkan. Pria itu menjelaskan cara mengupas singkong, cara memotongnya, merendamnya, menjemur, menggiling, dan mengayak sampai jadi tepung. Karena terbuat dari singkong, tepung itu tepung lokal. Berbeda dengan tepung terigu yang dari gandum.

Setelah presentasinya selesai, kami bertiga (Aku, Raka, Adinda) jalan-jalan sebentar, kami melihat stand yang memiliki beberapa kotak kaca di mejanya. Karena penasaran, aku mendekat. Ternyata dalamnya ular! Ular hidup yang bergerak. Kami mengamati ular tersebut dan melihat ada tulang-tulang ular di dekat kotak-kotak kaca tadi. Donna datang dan bertanya pada kami apakah itu asli atau palsu. Ketika bertanya ke stand sebelahnya, ternyata beneran. Tulang ular itu pendek-pendek dan kecil-kecil jadi mereka disambung dengan tali plastik (bukan rafia, kayaknya terlalu besar).

Adinda kemudian mendekat ke stand yang lain, aku dan Raka mengikutinya. Di stand itu terdapat seorang wanita yang memegang kertas putih dengan handlettering yang bagus. Wanita itu sepertinya setuju mau diwawancara, tapi ia berkata lebih baik kami bertanya ke orang lain. Dia berkata begitu karena dia bilang dia hanya volunteer. Dia kemudian memanggil seorang wanita lain yang memakai baju kuning dengan tulisan “Festival Desa”, aku menduga dia adalah panitia. Ia juga setuju dan menanya nama kami. Kakak yang bernama Ida itu mengatakan bahwa dia memang panitia.

Ketika ditanya mengapa ada acara ini, kak Ida menjawab bahwa lebih dari 50% penduduk Indonesia adalah penduduk desa. Acara ini diselengarakan untuk mendukung mereka para petani miskin, untuk menaikan kesadaran penduduk kota. Juga untuk menjelaskan dari mana asal pangan (makanan) yang dimakan sehari-hari. Dia bertanya kepada kami “Kira-kira ada berapa jenis padi?” kami bertiga hanya tahu satu jenis, tapi kata kak Ida ada sekitar 10,000 jenis padi! Dan juga 77 jenis karbohidrat. Kak Ida juga mengatakan kalau dia dari komunitas “Perkumpulan Indonesia Berseru”, dan ada banyak komunitas lain yang peduli dan mendukung. Banyak juga volunteer dan petani muda yang mendukung.

Ada dua jenis orang yang memberi kesan. Yang satu kagum dan kaget, yang satu lagi merasa tertarik. Acara fastival desa ternyata sudah 5 kali diselenggarakan. Setiap tahun di Bumi Perkemahan Ragunan, kecuali tahun 2015 yang dilakukan di Taman Tebet.

Kak Ida kemudian memperkenalkan kami ke kak Salwa Khanza, yang berada di stand yang menjual lerak. Katanya lerak itu didapatkan dari sebuah pohon, pohon itu harus dirawat dengan baik. Pohon lerak dapat tumbuh di mana saja. Yang kak Salwa jual berasal dari Jogja. Fungsi lerak adalah untuk mencuci. Cuci muka bisa, cuci piring bisa, cuci tangan juga bisa. Katanya juga bisa untuk mencuci batik, agar batiknya tidak luntur.

Kami juga di kenalkan ke seorang pria yang dapat mencocokan benih padi dengan cuaca. Dia menjual beberapa plastik (Seukuran karung) benih padi yang memiliki luar yang sama, tapi dalam yang berbeda-beda. Dia mengajak orang lain untuk belajar bertani juga, dengan proses alami.benih padi yang dijualnya bisa bertahan 2 tahun. Cara menanamnya tinggal dikupas, disebar di tanah, setelah 14-20 hari, dipindahkan ke tanah yang luas. Tergantung jenis padi dan cuaca, waktunya bisa bervariasi. Misal ada yang 120 hari, atau ada yang 105 hari. Yang paling cepat itu dibawah 90 hari.

Di dekat stand itu, ada yang menjual media tanam. Nama penjualnya kak Ade. Kami bertanya apa kandungan media tanam yang dia jual. Dalamnya ada sabut kelapa yang sudah dihancurin. Mengapa pakai sabut kelapa? Karena katanya sabut kelapa dapat menyimpan air lebih banyak dari berat badannya. Jadi tidak menggenang sebanyak tanah biasa dan tidak membuat bibit busuk. Oleh karena itu kualitas tanamannya menaik. Ada juga kandungan batu bara. Batu bara itu juga sudah dihancurkan dengan mesin penghancur sampai jadi pasir. Selain media tanam, ada juga biji-biji yang dijualnya. Kebunnya berada di bekasi.

Kami setelah itu mengunjungi stand yang menggambarkan berapa banyak gula yang ada di minuman yang lumayan populer. Misal Coca Cola, Nu, Okky Jelly, dan lainnya. Di Okky Jelly ternyata tidak ada gulanya, padahal rasanya sangat manis. Ternyata ia menggunakan pemanis buatan atau bahan kimia.

Aku sannggaat berterimakasih ke bapak, yang menemaniku. Ke kak Shanty yang memberi informasi tentang acara ini. Raka, Adinda, Donna, dan Husayn yang bikin tugas lebih seru. Kak Ida yang sangat lapang dan baik hati. Dan juga pemilik-pemilik stand yang kukunjungi.

festival-desa

Share this post