Di Stasiun Bogor: (c) Kak Shanty

PERSERA OASE 2017 – AWAL PERJALANAN

Sudah sekitar sebulan kami diberi tahu bahwa kami akan camping tanpa orangtua dan akhirnya kami benar-benar camping tanpa orang tua. Tanpa Kak Shanty maupun Kak Andit. Kami ditemani oleh kakak-kakak pembina dari Montana. Tema kami masih pramuka jadi kami pulang-pergi pakai baju pramuka. Ada lima regu yang berpartipasi yaitu...

Sudah sekitar sebulan kami diberi tahu bahwa kami akan camping tanpa orangtua dan akhirnya kami benar-benar camping tanpa orang tua. Tanpa Kak Shanty maupun Kak Andit. Kami ditemani oleh kakak-kakak pembina dari Montana. Tema kami masih pramuka jadi kami pulang-pergi pakai baju pramuka.

Kami dibagi menjadi 5 regu, yang putra ada 3 regu dan yang putri ada 2. Yang putra ada: Bunglon, Lebah, dan Gorila. Yang putri ada: Edelweiss dan Bunga Bangkai. Yang ikut dari regu Edelweiss ada aku, Anja, dan Adinda. Dari regu Bunga Bangkai ada Yla, Katya, dan Ratri. Dari regu Lebah ada Kak Yudhis, Naufal, Dilan, dan Adam. Dari regu Bunglon ada Kak Zaky, Kaysan, Vyel, dan Fattah. Dan terakhir dari regu Gorila ada Kak Dhifie, Ceca, Husayn, dan Ziel.

Camping atau PERSERA tanpa orangtua diadakan pada tanggal 23-24 Mei, 2017. Kami camping di Suaka Elang Loji, Jawa Barat. Titik kumpul kami adalah Stasiun Bogor pada pukul 7.30 pagi, jadi bagi yang rumahnya jauh harus berangkat cepat-cepat.

Aku dan kakak mengetahui bahwa kalau pagi adalah saat orang berangkat ke kantor jadi ada kemungkinan besar kereta akan penuh jika telat. Dan juga bahwa lebih baik kecepetan dibanding telat, jadi kami keluar rumah pukul 5 atau setengah 5.

Kami sampai di taman didalam Stasiun Bogor (salah satu meeting point) duluan dan menunggu yang lain. Karena banyak yang telat kami molor luar biasa. Kami baru berangkat ke Suaka Elang Loji sekitar pukul 9. Dikarenakan menunggu Ziel, Yla, dan Vyel. Yla dan Vyel pada akhirnya tidak kelihatan dan kami memutuskan untuk berangkat duluan karena sudah ketinggalan waktu jauh.

Kami menggunakan dua angkot, yang satu penuh dengan barang dan beberapa orang dan yang satu lagi isinya sisa orang. Perjalanan berlangsung selama sekitar 1-2 jam. 1-2 jam itu tidak lama sekali, terasa lama mungkin hanya kerena tidak terlalu nyaman dikarenakan kami bersempit-sempitan di angkot.

Di perjalanan kami ngobrol tentang beberapa hal. Kadang K-Pop, kadang Anime, kadang juga artis Barat. Salah satu yang seru bagiku itu waktu nyanyi “SIGNAL” oleh TWICE bersama kakak, Ratri, dan Adinda, dan menyanyi beberapa lagu Steven Universe bersama Katya.

Sampai di sebuah lapangan dimana angkot itu berhenti, kami turun dari angkot, mengangkut tas, dan meregangkan badan yang pegel-pegel. Ketika semua sudah siap kami jalan menuju camping ground bersama. Sebenarnya perjalanan tidak amat jauh, hanya saja kami sedang lumayan lelah. Bawaannya juga lumayan berat, dan lagi jalannya menanjak. Aku, Katya, dan Ratri yang paling dibelakang dikarenakan salah satu dari kami gampang lelah.

Di camping ground kami mendirikan tenda masing-masing. Seharusnya 1 tenda 1 regu, tetapi karena tendanya kurang, kedua regu putri digabung menjadi satu tenda. Ketika tenda sudah didirikan dan kami hendak makan siang Yla dan Vyel datang menyusul. Kami makan siang bersama sambil berbincang tentang persiapan dan perjalanan.

Usai makan siang kami ganti baju ke baju lapangan dan menyiapkan diri untuk menerima materi.

Menerima materi Navigasi Darat – (c) Kakak-kakak Montana

Materi diberikan oleh Bang Kocil (panggilan akrabnya) seorang pencinta alam yang memberi kami materi Navigasi Darat. Navigasi adalah ilmu membaca peta, agar kami tahu posisi kami. Navigasi PASTI berhubungan dengan peta. Dan peta adalah sebuah gambaran di bidang datar.

Ada yang namanya Peta Topografi yang sangat penting. Di sebuah peta akan terdapat legenda atau tanda-tanda yang menunjukan ada apa dibagian situ peta. Misalnya gambar titik hitam itu berarti ada bangunan. Atau bagian yang berwarna hijau gelap berarti ada hutan yang lebat dan tebal. Di peta juga akan terdapat skala, contohnya 1:25,000. 1:25,000 itu berarti kalau 1 cm di peta, itu sama dengan 25,000 cm/250 m di tempat benarnya.

Selain itu peta juga terdapat garus kontur yang mewakili ketinggian yang berbeda. Garis kontur tidak pernah putus, atau selalu menyambung. Ada juga karvak, yaitu kotak-kotak kecil yang ukurannya 3.7 x 3.7 cm

Utara peta selalu mengarah ke atas, berarti timur peta ada di kanan.

Peta Topografi dapat dibeli di Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. Jenis peta dapat dibeli dengan mengatakan namanya (misal: “Beli peta Ciawi”), atau juga bisa dengan kodenya (misal: “Beli Peta 1209-141”).

Kami juga dicontohkan sebuah maket. Bentuknya menunjukan sebuah gunung yang 3 dimensi. Maket tersebut ukurannya tidak terlalu besar maupun kecil, mungkin sebesar telapak tangan tapi sedikit lebih besar.

Dari maket tersebut terlihat beberapa bagian yang dijelaskan oleh Bang Kocil. Ada yang namanya puncak yaitu puncak dari gunung tersebut. Ada juga yang namanya punggungan dan lembah. Punggungan itu yang menjauhi puncak. Dan yang mendekati puncak itu lembah atau biasa dibilang jurang.

Kompas Bidik – (c) http://pramukaria.blogspot.co.id/2015/09/jenis-bagian-dan-fungsi-kompas.html

Selain mempelajari peta dan maket, kami mempelajari cara menggunakan kompas bidik. Ketika kami mengambil sebuah garis lurus dan sudutnya itu namanya azimut. Kalau sebaliknya namanya back-azimut. Gimana tahu jika back-azimutnya benar? Dengan cara jika diatas 180 derajat, nomornya dikurang 180. Jika dibawah 180 derajat, ditambah 180.

Selesai mempelajarinya kami diajak turun kebawah dan praktek. Jadi kami membawa alat tulis, jas hujan (kalau hujan), dan jalan kebawah. Di bawah kami naik ke sebuah daratan tinggi dan menggelar peta. Kami menentukan kami dimana dengan menarik dua buah titik dan mengira-ngira dimanakah titik itu berada untuk menentukan posisi kami. Tetapi aku tidak begitu mengerti beberapa bagian akhirnya.

Ketika hampir selesai, langit menggelap. Gelap karena memang sudah sore menjelang malam tetapi juga karena mendung. Tiba-tiba gerimis. Aku mengingatkan ke Bang Kocil bahwa akan hujan jadi kami beberes dan turun menggunakan jas hujan masing-masing.

Balik di tenda masing-masing kami memasak makan malam kami. Regu Edelweiss dan Bunga Bangkai digabung dikarenakan tenda yang kurang. Jadi untuk menu makan malam kami saling membantu. Regu putri masak nasi liwet dengan resepnnya Adinda. Adinda yang mengatur semuanya dan yang lain membantu. Memasak membutuhkan waktu yang lumayan tetapi akhirnya jadi. Kami makan setelah brieving.

Di brieving kami pamit ke Bang Kocil sambil menanyakan beberapa pertanyaan dan menunjukan yel-yel setiap regu.

Yang seru di regu putri adalah kami malam-malam setelah makan malam bikin s’mores.

Setelah kenyang kami beres-beres dan istirahat. Aku bilang ke Yla untuk menyalakan alarm pagi-pagi karena besok acaranya dimulai pagi.

Share this post