DSCN0078

OASEksplorasi 2017 – Menuju Pulau Harapan!! (Day 1)

Pukul 8.30, kapal membuat sebuah bunyi. Menandakan kapal sudah mulai berangkat. Semuanya dipanggil oleh mentor untuk brieving. Hari itu kami para OASEksplorer akan memulai perjalanan 4 hari 3 malam di Pulau Harapan.

Pukul 8.30, hari senin 16/10/2017, kapal membuat sebuah bunyi. Menandakan kapal sudah mulai berangkat. Semuanya dipanggil oleh mentor untuk brieving. Hari itu kami para OASEksplorer akan memulai perjalanan 4 hari 3 malam di Pulau Harapan.

Malam sebelumnya, aku tidak bisa tidur karena terlalu bersemangat. Untungnya aku dibangunkan oleh ibu pukul 4. Rencananya kami akan naik kereta dari Stasiun Tebet ke Stasiun Jakarta Kota dan akan menyambung dengan mikroket M15. Tapi berhubung waktu sudah mepet, ibu memberi kami Rp10.000 untuk naik ojek dari stasiun saja. Tapi pada akhirnya kami naik gojek dari Stasiun Jakarta Kota. Gojek-ku sempat tersesat sampai ke Ancol, terus masuk ke sebuah tempat yang perlu bayar masuknya. Untung aku ada uang Rp10.000 yang ibu kasih tadi, jadi aku bayar Rp3.000 masuk dan akhrinya sampai ke Pelabuhan Sunda Kelapa dan bertemu dengan kapal Sabuk Nuantara 66.

Di kapal sudah ada teman-teman dan mentor perjalanan menunggu. Kapal SaNus 66 memiliki sebuah lantai dengan sekitar 40 kursi. Jika turun kebawah, akan terdapat bunk-bed untuk penumpang. Kami memilih sebuah sisi dari kasur-kasur yang ada dan berkumpul di sisi tersebut. Berhubung saat itu dalah pertama kalinya aku naik kapal ke pulau lain, atau bahkan ke pulau lain, aku sangat bersemangat dengan suasananya.

(c) Kak Lini

Naufal mengatakan bahwa airnya akan berubah warna di sebuah saat tertentu. Air berwarna keruh ke-kuningan akan berubah warna menjadi biru bersih. Sayangnya aku tidak melihatnya. Di beberapa tempat yang kami lewati, ikan dapat terlihat sedang meloncat-loncat. Setiap melihat ada ikan, Anja dan aku akan berteriak-triak kegirangan.

Kami diberi tugas untuk mewawancara penumpang kapal tersebut, aku mewawancara seorang ibu yang sedang ada di bagian bawah kapal. Namanya Along, Ibu Along berusia 54 tahun dan memiliki 2 orang anak. Ia dan 32 orang lain dari jaringan doa sekota akan pergi ke Pulau Pramuka dalam rangka menyembah, berdoa, dan sekalian refreshing. Acara hanya akan berlangsung seharian dan mereka akan pulang esok harinya.

Sekitar pukul 9, aku membantu Kak Sari membuat Furoshiki dari kain. Kami membuat sebuah kain menjadi tas yang digunakan untuk hadiah terima kasih kepada keluarga inang. Tidak lama setelahnya, kapal telah tiba di Pulau Untung Jawa. Setelah ketawa-tawa dan ngobrol, kapal sudah melewati Pulau Pramuka dan sampai di tujuan akhir, Pulau Kelapa.

Di Pulau Kelapa kami jalan ke jembatan yang membagi antara 3 pulau yang berbeda. Di Pulau Harapan kami pergi ke PKBM 36 dan jalan lagi ke SPTN 2. Di sana kami makan siang dan diberi briefing tentang kegiatan yang akan dilakukan. Di sana juga sudah terdapat beberapa orangtua inang kami. Aku, Ratri, dan Syifa tinggal di rumah Bapak Sahroni. Kami dijemput oleh ibu inang kami yaitu Ibu Jejah.

(c) Kak Lini

Pukul 15 kami sudah di rumah inang kami. Rumahnya berwarna hijau dan memiliki pohon sukun didepannya. Kami dikunjungi oleh Kak Lini, mentor kami, dan melakukan sedikit perkenalan tambahan. Setelahnya kami melakukan jelajah sore dan bertemu dengan yang lain. Di jalan kami bertemu dengan yang lain dan Kakak Yudhis (kesannya mentor ehe) menunjukan arah dan menjadi guide kami ketika mengitari pulau.

Disana ada banyak Mangrove yang menjadi topiknya Adinda. Kami juga menemukan jalan bambu dengan jembatan yang hanya terbuat dari dua potong bambu. Melewati jembatan tersebut merupakan seperti uji nyali. Kami sampai di sebuah perempatan yang menjual jajanan. Ternyata disana juga terdapat seperti taman bermainnya. Namanya Taman Terpadu. Kami berebutan ayunan yang hanya ada dua dan juga ditempati Adinda lumayan lama.

(c) Kaysan

Waktu mau balik, beberapa dari kami sempat jajan dulu. Sebenarnya aku nggak mau jajan tapi aku.. laper. Ehe. Jadi aku mencari-cari dompetku dan ternyata nggak ada di tas tentengku yang kecil. Terus aku mikir, jangan-jangan masih di tas besar, untungnya aku ada Rp7.000 sisa bayar parkiran tadi pagi. Jadi aku beli leker sama cilung.

Sekitar pukul 17 kami sudah di rumah masing-masing dan melakukan hal-hal sendiri. Aku mencari dompetku di tas backpackku. Ternyata dompetnya ketinggalan di Jakarta. Untungnya uang di dompet merupakan uang tambahan untuk darurat dan jajan, jadi aku tidak terlalu khawatir. Ketika sedang ngobrol kami diajak untuk makan malam bersama. Makan malam ibu telah membuat tempe goreng, ikan goreng, dan sayur sop. Sayur-sayur yang digunakan untuk memasak sehari-hari ternyata berasal dari Jakarta. Setiap hari akan ada penjual sayur yang keliling menggunakan gerobak.

Usai makan malam kami bersih-bersih dan mulai mengerjakan jurnal perjalanan. Ketika sedang mandi, ada sebuah insiden dengan kecoa yang membuat Syifa memanggil kecoa sebagai “Tatoy”. Syifa akan sekali-sekali mengatakan sesuatu yang lucu sambil Ratri merekam sambil main-main. Saat sedang beneran menulis kadang kami akan “mendengar” suara di luar dan mengatakan: “Ah.. Kayak ada suara Adiva” “Tadi kayak ada Alev sama Aza lagi” “Agla sama Yla”. Padahal baru saja bertemu beberapa jam yang lalu, udah kangen. Tiba-tiba suara pintu dapat terdengar kebuka dan kami bertiga langsung mengetikan tawa kami. “Kak Lini! Kak Lini!” kataku sambil teriak berbisik. Jadi kami langsung keluar dan bertemu dengan mentor kami.

Setelah refleksi dan ngobrol sebentar, Ratri dikontak oleh orangtuanya. Tak lama setelahnya Syifa dikontak juga. Tapi aku tidak dikontak dan hanya dititipkan salam. Sebelum Kak Lini balik ke homestay mentor, Kak Lini mengatakan bahwa kami tidak boleh keluar rumah tanpa ijin orangtua inang dan balik ke rumah mentor bersama Kak Sari dan Kak Anne.

Malam itu juga, bapak mengajak kami untuk melihat-lihat kapal pada malam hari. Jadi kami kebelakang rumah kami dan melihat suasananya pada malam hari. Perbedaan antara laut yang tenang dan langit yang gelap terlihat samar jadi terlihat menjadi satu. Lampu-lampu berwarna oranye terang dapat terlihat memantul di lautan saat kami jalan diatas sebuah jalan semen. Malam itu malam yang cerah, dan bulan dapat terlihat memantul dengan terang.

Sebelum balik ke rumah, kami meminta ijin ke bapak untuk jalan-jalan dan katanya boleh! Asal kami balik tidak terlalu malam. Jadi kami jalan di pinggir laut dan melewati homestaynya Alevko, Naufal, Vyel, dan Kaysan. Setelah menemukan sebuah tempat yang nyaman, kami duduk dan mulai menulis jurnal lagi. Setelah jurnal selesai kami balik ke rumah dan istirahat.

Share this post