pak sahroni manjat

OASEksplorasi 2017 – Melaut Demi Output (Day 3)

Rabu, 18/10/2017. Aku dan Ratri pergi melaut bersama Bapak Sahroni, dalam rangka output kami. Output Ratri adalah video, dan outputku adalah buku bergambar.

Rabu, 18/10/2017. Aku dan Ratri pergi melaut bersama Bapak Sahroni, dalam rangka output kami. Output Ratri adalah video, dan outputku adalah buku bergambar.

Pagi itu Ibu Jejah sudah menyiapkan sarapan dan bekal untuk kami bawa melaut, ternyata ibu telah meembuat ikan bumbu kuning yang diceritakannya kemarin.

Sebelum dapat pergi melaut, Bapak mengantar Syifa untuk membantunya dengan outputnya yaitu tentang sampah. Jadi sambil menunggu, aku dan Ratri mewawancara Ibu Jejah. Kami juga sempat meminjam life-fest dari homestay kakak mentor. Ketika sedang menunggu kami bertemu dengan Adiva dan Katya yang sedang ke sekolah.

Kami menunggu Syifa untuk waktu yang lumayan lama, tapi dia nggak balik-balik. Jadi kami memutuskan untuk jalan menuju tempat Syifa melakukan wawancara. Tetapi waktu kami tiba Syifa sudah balik ke rumah, jadi kami langsung pamit dan pulang.

Sampai rumah, Bapak menyiapkan kapal dan kami mulai perjalanan. Kami pertama menuju Pulau Papateo. Bapak bercerita bahwa dulu nama pulau tersebut adalah Tondan Timur, tetapi setelah pulau tersebut dibeli, namanya menjadi Papateo.

(c) Ratri

Bapak memiliki seorang saudara di Pulau Papateo yang menjadi penjaga pulau tersebut. Dengan bantuannya, kami melihat-lihat pulau tersebut. Pulau Papateo berukuran 8.5 ha, sedangkan Pulau Harapan berukuran 7.6. Kemarin kami keliling Pulau Harapan sekitar 45 menit, kami tidak ingin terlalu lama disitu jadi kami tidak mengelilingi pulau.

Ketika jalan ada perasaan aneh yang terasa. Di sebelah kanan, terdapat pohon-pohon tinggi yang membuatnya terasa seperti di hutan, tetapi di kiri kami ada lautan biru yang membuat ombak di pantai. Kami berhenti di sebuah daratan pasir kecil dan bermain sebentar. Setelahnya kami balik kearah kapal.

Diperjalanan balik, kami melewati sebuah pohon kelapa yang tinggi. Bapak memanjat pohon tersebut dan memotong beberapa kelapa jatuh. Setelah itu kelapa-kelapa tersebut dibuka dan kami minum langsung dari batok kelapa tersebut. Batok kelapa yang sudah habis airnya akan dibelah agar dagingnya dapat dimakan. Aku dan Ratri sempat kaget ketika diberikan satu batok kelapa penuh air itu. Tetapi ternyata itu menjadi pengalaman baru yang seru.

Setelah Pulau Papateo, kami pergi kearah perairan Pulau Gosong. Pulau Gosong dinamakan begitu karena tidak seperti pulau lain, pulau tersebut tidak memiliki pohon. Jadi hanya terlihat daratan dengan pasir putih. Di perairan tersebut Bapak mencoba untuk memancing cumi, sayangnya tidak dapat.

Kami langsung meluncur setelahnya ke perairan Pulau Sepak. Bapak memancing sebentar dan membawa kami kee Pulau Sepak. Di pulanya kami makan bekal yang telah disiapkan Ibu Jejah pagi harinya. Walaupun ikan bumbu kuningnya pedas tapi ENAK BANGET! Aku jarang atau lebih tepatnya kurang kuat makan pedes tapi aku dapat menikmati ikan bumbu kuningya karena rasanya yang enak.

Makan siang selesai, kami rekaman dulu bersama bapak dan istirahat sebentar di Pulau Sepak. Saat istirahat aku melihat-lihat foto, video, dan data yang ditangkap kameranya. Ketika kami sedang ngobrol Ratri menemukan seekor biawak di pepohonan belakangku (Kami sedang duduk berhadapan). Dengan semangat Ratri mengambil kameranya dan mengendap-endap denganku dibelakangnya. Ratri dan kedua adik kembarnya suka dengan binatang dan Ratri pun ingin menjadi fotografer wild life nanti.

(c) Ratri

Ketika sudah mendapatakan foto-foto biawak tersebut, kami kembali ke Bapak. Kata Bapak kita bisa dapat foto biawak yang lebih besar lagi, jadi kami mengikuti Bapak dalam rangka mencari biawak. Di perjalanan kami bertemu dengan lapangan yang lumayan luas. Untuk menemukan biawaknya kami harus keluar dari jalan utama kedalam pepohonan. Aku takut dengan kadal jadi aku menunggu di lapangan luasnya. Sayangnya waktu Ratri dan Bapak balik, mereka mengatakan kalau biawak yang mereka temukan tidak jauh beda dengan yang ditemukan sebelumnya.

Pukul 14, kami sudah di kapal siap untuk memancing. Mesin kapal membuat bunyinya, dan kami berangkat menuju Pulau Bulat. Di perairannya bapak memasang sebuah potongan cumi di tiga bagian pancingannya. Pancingan yang Bapak gunakan merupakan sesuatu yang berbentuk seperti tali layang-layang. Panjangnya sekitar 100 meter , di meter ujung terdapat tiga cantolan untuk umpan ikan. Dan di paling ujung tali terdapat pemberat terbuat dari besi.

Bapak menjelaskan bahwa Pulau Bulat adalah pulau milik salah satu presiden kami sebelumnya. Pulau tersebut terkenal untuk pemandangan sunsetnya yang indah. Di pulau tersebut terdapat rumah besar yang ditinggali oleh Presiden Soeharto dan keluarganya. Tidak jauh dari rumahnya akan terdapat rumah untuk pembantu dan penjaga. Di salah satu bagian pantai ada sebuah tempat yang terlihat seperti tangga yang menuju kedalam laut. Menurutku keren banget <3

(c) Ratri

Karena sudah sore kami tidak tinggal lama-lama dan segera pulang ke Pulau Harapan. Sejak pagi aku dan Ratri merasakan guncangan kapal lebih terasa hari ini dibanding yang kemarin (baca: ) tapi kami berpikir itu hanya karena kemarin kapal lebih berat karena ada 30+ orang. Tapi sore itu terasa jauh lebih cepat dari kemaren. Kapal naik-turun, bergerak kiri-kanan. Walaupun awalnya menakutkan tapi perjalanan jadi terasa sangat menyenangkan!

Sampai di Pulau Harapan kami bertemu dengan teman-teman yang sedang melengkapi datanya. Aku dan Ratri juga melakukan rekaman terakhir dengan bapak sore itu. Tapi ternyata saat kami sedang wawancara, yang lain sedang foto. Dan kami nggak di kasih tahu 🙁

Di rumah kami packing barang karena esok harinya kami akan pulang ;-;. Malam itu juga Ibu Jejah memanggil kami untuk makan malam terakhir kami disana. Kami ngobrol lumayan banyak tentang kejadian sebelumnya dan juga tentang besok. Saat sedang beberes dan menulis jurnal, kami dikunjungi Kaysan dan Kak Zaky. Ternyata pukul 8 malam itu kami akan berkumpul di homestay mentor.

Di homestay sudah ada semuanya, kecuali Kak Adiva, Adinda, Agla, dan Yla. Mereka dari rumahnya Pak Nuraji belum terlihat, jadi beberapa dari kami pergi memanggil mereka sebentar. Akhirnya setelah semua anak berkumpul, kami masuk kedalam rumah mentor. Kami diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan perjalanan dan pengalaman. Kami juga diberi tahu bahwa kakekku sakit, jadi Kak Lala akan balik ke Jakarta lebih cepat dan akan langsung meluncur ke Surabaya setelahnya.

Kak Lini

Setelah brieving kami kembali ke homestay masing-masing dan istirahat.

Share this post