Kemping Ceria~ D-1

Sebagai seseorang yang dapat menghabiskan lebih dari setengah hari tidur. Ketika mengetahui pukul 6 pagi sudah harus bangun, aku sempat khawatir dengan apabila aku dapat bangun sepagi itu. Untungnya, alarmku memainkan lagu “Dumb Dumb – Red Velvet” dengan amat kencang, sampai akhirnya aku terbangun pada pukul 5.30 pagi. Tidak ingin telat, aku bergegas mandi dan mengenakan kaos seragam kami yang bertulisan “#PramukaOase”. Setelah sarapan dan memeriksa kembali barang hasil packing hari sebelumnya, kami berangkat menuju titik bertemu.

Titik kumpul kami adalah pom bensin Pertamina yang berposisi di Kalimalang. Sedikit didpean pom bensin tersebut sudah terdapat truk tronton yang akan mengantarkan kami ke Loji Nenek. Ketika aku sampai sudah ada banyak yang hadir. Totalnya ada 25 anak oase yang akan mengikuti Kemping Ceria. Dengan anak sebanyak itu ditambah mentor lima dan ditambah lagi dengan tas, sleeping bag, dan matras yang jumlahnya sama atau bahkan lebih bisa dibayangkan seberapa penuhnya tronton yang kami naiki.

22 anak + 5 mentor + Om Iyek

Beberapa menit pertama kami di perjalanan sunyi dan isinya hanya percakapan antara dua atau tiga orang atau pembulian mentor. Sejujurnya suasana itu dapat diprediksikan. Karena di term baru ini anak barunya lumayan banyak, suasananya menjadi sedikit canggung. Sampai akhirnya salah satu dari teman kami memutuskan untuk bernyanyi dengan kencang. Nyanyian teman tersebut berhasil menghangatkan mood “sebagian besar” manusia di tronton.

Waktu menunjukan sekitar pukul 10 ketika kami menejemput Anja, Katya, dan Tre yang tidak ikut dengan kami sejak awal dikarenakan rumah mereka yang di Bogor dan betapa tidak efisiennya jika berangkat dari Jakarta. Satu jam setelah menjemput mereka, beberapa orang ternyata sudah mabuk. Ada yang mengatakan karena trontonya ada juga yang bilang karena nyanyian kami yang “merdu”.

Regu spongebob

Ketika sampai di area perkemahannya ternyata masih sepi, jadi kami memutuskan untuk makan bekal masing-masing dan mendirikan tenda. Kami diminta untuk membawa dua tenda, satu untuk barang, satu lagi untuk manusia. Sayangnya tendanya Adinda ,yang seharusnya kami gunakan untuk barang, patah kerangkanya. Tadinya kami ditawarkan untuk menyimpannya di tendanya Kak Sari. Tapi pada akhirnya kami menggunakan Tenda Syifa untuk orang dan barang.

Kalian kujadiin model sementara ya <3

Anak-anak dari komunitas lain akhirnya terlihat. Ternyata benar dugaanku. Hanya ada 3 komunitas, ada 3 orang dari Pramuka Bu Tin, dan juga sekitar 9 orang dari Pramuka Pulo Kambing. Untuk mengenal satu sama lain dengan lebih baik, kami diadakan sesi icebreaking. Setelah bermain, kami dibagi menjadi 3 regu putri dan 3 regu putra. Reguku yang bernama Lotus beranggota aku, Ratri, Katya, Syeza, Alya, dan Puspa.

“Yang pake sendal gerak!” *Lagi pake sendal gunung* *bingung*

Ketika pembagian regu selesai kami semua berkumpul ke aula yang berada di lantai dua rumah. Disitu sudah digantungkan spanduk “Ular-ular di Indonesia” aku sejujurnya bukan penggemar ular, agak takut sebenarnya. Tapi tetap saja aku tertarik dengan apa yang sedang dijelaskan.

Seekor ular kecil dikeluarkan dan membuat sebagian besar anak mendekat untuk menyentuhnya. Setelah menyoba menyentuhnya sekali, aku mundur dan duduk disebelah Katya yang sedang menggambar. Mungkin karena permainan benteng yang kami lakukan beberapa jam yang lalu, kami jadi sangat ngantuk. Matanya jadi berat, sampai tiba-tiba..

“AAaaAaAhHHhHHhh!!”

Kurang yakin itu perempuan atau laki-laki yang dapat membuat suara ultrasonic. Pokoknya banyak yang kaget, ketika seekor ular besar dikeluarkan dari kotak tempat dia sebelumnya bermain.

Mengelus ular

Selanjutnya? Makan malam~ Pada saat makan malam kami mengobrol ke satu sama lain menggunakan campuran bahasa Inggris, Indonesia, dan beberapa patahan kata-kata Jepang atau Korea karena sedikit faktor kebiasaan. Tiba-tiba Kak Irwan datang dan mengatakan sesuatu dalam bahasa Jepang. Tak satupun dari kami mengerti apa yang sedang dikatakannya dan hanya mengagguk sok ngerti. Makin lama tetapi makin cepat. Kak Irwan juga menyanyikan lagu Cina bernama “Restoran” yang hampir bikin kami keselek dengan makan malam kami.

Kami mengenakan seragam pramuka dan berkumpul melingkari calon api unggun yang sedang dinyalakan. Sambil menunggu api unggun menyala, setiap regu diminta melakukan yel-yel masing-masing. Setelahnya adalah acara pembukaan. Kami masing-masing diberikan kacu berwarna oranye dengan pinggiran berwarna abu-abu yang menyala bila dikenakan cahaya!!

Linkaran besar.. Linkaran kec- Nggak jadi deh

Setelah dibubarkan kami diminta untuk beristirahat di tenda karena besok sudah harus bangun pukul 5. Aku, Katya, dan Trisha yang dari tadi ngobrol terus ingin tidur di satu tenda, sayangnya kami beda tenda. Untungnya Adinda ingin ke tenda sebelah jadi mereka tukeran tenda.

Semuanya sedang ngobrol dengan tenang sampai tiba-tiba…

“Khansa kamu beneran perempuan?”

Itu langsung membuat Khansa TRIGGERED. Semuanya menggoda dan tertawa membuat tenda kami suaangaat berisik. Sampai bahkan ditegur jadi kami langsung mematikan senter dan bersiap tidur.

“Eh, tapi kamu beneran perempuan kan?” -Ceca

Dan tenda kami kembali menjadi tenda paling berisik pada malam itu.

Credit foto: Kak Putri Anisa

Share this post