HARI KEDUA PERJALANAN JAHE EKSPLORASI

Rabu, 23 November 2016.

Pagi-pagi, kami dibangunkan pukul 4.30. Ada roti, teh celup, dan susu kental manis di meja makan untuk sarapan awal. Usai cuci muka dan minum air putih, aku sarapan roti sambil menunggu waktu berangkat untuk kegiatan pagi.

Waktu menunjukkan pukul 5 lebih, berarti waktunya jalan untuk kegiatan pagi. Langit di luar masih gelap jadi lumayan sulit untuk melihat-lihat. Kami berjalan menuju tempat pak Anda yang memiliki sapi. Kami akan dijelaskan proses memerah susu.

Saat kami sampai di sana, pak Anda sedang memandikan dua sapi yang akan diperah susunya. Sapi pertama (Aku panggil dia A aja ya :P) adalah sapi betina yang berumur sekitar 5 tahun. Sapi kedua (yang ini dipanggil B :P) juga betina, dia berumur sekitar 2 tahun. Sapi B sedang hamil, jadi susunya lebih sedikit dan agak gampang marah. Pak Anda juga punya sapi jantan yang usianya baru beberapa bulan.

Setelah membantu memerah dan memandikan sapi, kami pergi membantu mengantar susu ke koperasi. Kami bertemu dengan pak … di koperasi yang menjelaskan tentang proses yang dilakukan di koperasi susu. Di koperasi, susu dicek kualitasnya dan disaring ulang. Setiap satu liter susu dibayar oleh koperasi seharga 3.000-5.000 rupiah. Susu yang sudah dicek dan disaring akan masuk dalam proses pendinginan. Suhu susunya harus sama atau kurang dari 4 derajat celcius pada suhu itu bakteri tidak berkembang biak. Susu akan dibawa ke pabrik di Jakarta pada malam hari. Sampai di Jakarta, suhunya maksimal 8 celcius. Kalau lebih tinggi, bakteri dapat berkembang biak dan merusak susunya.

Ada yang bertanya, susu bubuk itu dari mana? Susu bubuk berasal dari susu impor. Karena kualitasnya sudah turun, maka susu tersebut dijadikan susu bubuk.

Pukul 7, kami sudah kembali ke rumah untuk sarapan dan mandi. Kami diajak ke pasar untuk mewawancarai penjual makanan-makanan di situ. Temanya sama dengan tema tugas sebelumnya, yaitu tentang makanan. Aku, Anja, Husayn, dan Aza mewawancarai penjual makanan yang gluten-free atau non terigu.

Pancong/Bandros
Nama Penjual: Pak Gian
Asal Penjual: Garut
Pak Gian menjual Bandros karena kebetulan itu hobinya. Ia sudah berjualan selama sekitar 20 tahun. Modalnya 125.000 dan untungnya 200.000. Ia belanja di suatu warung yang memang sudah langganan. Dia buka dari jam 5 pagi sampai jam 5 sore.

Batagor
Nama Penjual: Pak Sobur
Asal Penjual: Garut
Pak Sobur tadinya adalah seorang asisten dari penjual Batagor. Dia sekarang berjualan sendiri dengan modal 300.000, sedangkan untungnya 100.000. Bahan-bahan untuk batagor adalah sagu, terigu, ikan, dan bumbu. Ia setiap hari membeli bahan-bahan tersebut di pasar Lembang. Ia buka dari jam 8 pagi sampai jam 5.

Setelah urusan wawancara selesai, kami pergi ke pabrik tahu. Proses pembuatan tahu:

1. Kedelai dicuci dan dihancurkan
2. Direbus
3. Dipisahkan
– Ampas => diberikan untuk makan sapi
4. Airnya dicetak
5. Dipotong
6a. Dibungkus
6b. Direndam di air kunyit => Dibungkus

d2

Proses tahu selesai, kami kembali ke rumah kak Fani. Kami dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama membuat yoghurt, kelompok kedua membuat susu kental manis, kelompok ketiga mengurus ayam. Aku masuk sebagai anggota kelompok tiga, jadi aku bertugas mengurus ayam.

Proses mengurus ayam lumayan seru, mengesalkan dan menjijikkan. Kami bertugas mencabut bulu ayam yang sudah dipotong. Butuh perjuangan besar untuk menyelesaikannya, tetapi akhirnya kami berhasil menyelesaikannya. Sebenarnya, tugas kami sudah selesai, tapi kami masih membantu memanen singkong. Kami juga membantu memotong ayamnya.

ayam

Ketika waktunya makan malam, kami diminta untuk membuat peta tempat-tempat yang telah kami lewati.

Laporan keuanganku:

1. Naik Angkot: -14.000 – Saldo: 258.000
2. Beli Bandros dan Air: -5.500 – Saldo: 253.000
3. Beli Tahu: -5.000 – Saldo: 248.500
4. Makan Siang: -25.000 – 223.500

Share this post