(c) andro. upacara pembukaan

D1 – Tidur Siang dan Hari Yang Riang

Ketika aku menjadi panitia OFEST, salah satu peran utamaku adalah sebagai anggota tim pendaftaran dan costumer service bersama Agla, Michelle, Sovi, dan Trisha. Nomor telelponku paling atas di list ‘Orang Yang Bisa Dikontak’ jadi aku sangat sensitif ketika mendengar ringtoneku–‘Hi High’ – LOONA.

Suatu saat ketika aku sedang tidur siang, lagu ‘Hi High’ tersebut berbunyi sangat nyaring dari handphoneku. Tadinya aku ingin membiarkannya bunyi saja terus. Tapi karena tahu kemungkinan yang mengontak adalah peserta, aku segera membangunkan diri dan mengangkat telepon tersebut. Ibu melihat semua itu, dan mengatakan bahwa sangat ajaib aku bisa bangun tidur secepat itu.

Jadi lagu itulah yang kudengar pada pukul 3 pagi, hari Jum’at kemarin (15 Maret, 2019) sebagai alarm (walaupun sudah tak seampuh sebelumnya, setidaknya lagunya sangat berisik).


Hari sebelumnya, aku sudah melakukan packing jadi yang perlu kulakukan pagi itu sebenarnya tidak banyak. Sambil memeriksa barang untuk terakhir kalinya, aku memeriksa hpku untuk terakhir kalinya, karena kami tidak boleh bawa hp ke perjalanan ini. Untuk keamanan, kakak ikut mengantarku sampai peron Stasiun Tebet.

Dengan menggunakan dua ojol, kami sampai di Stasiun Tebet di waktu yang sedikit berbeda. Di stasiun sudah terdapat Ceca dan Syabil yang memang janji akan berangkat ke Stasiun Bogor bersama. Kami masuk peron bersama-sama sambil menunggu Trisha–yang juga berjanji untuk berangkat bersama. Tadinya Agla, Alev, dan Vacha juga akan kami temui di Stasiun Tebet, tetapi mereka memutuskan untuk ke stasiun lain.

Ketika Trisha dan tante Iik sampai, kakak pulang dan kami pergi naik kereta jurusan Jakarta Kota – Bogor.


(c) ???. kawan berkacamata + syauqi

Di Stasiun Bogor, banyak dari kawanku sudah sampai. Aku ikut berbincang dan juga sambil kenalan dengan beberapa kakak-kakak mentor dari MENWA IU. Tidak terlalu lama setelah berbincang dan tertawa dengan berbagai orang, semuanya sudah sampai dan siap berangkat.

Reguku–Petunia–beriisi empat orang: Aku, Ceca (Kezia), Kalila, dan Hasya sebagai ketua. Ketika berangkat dengan angkot, regu berisi empat ini bergabung dengan regu lain yaitu regu Yeti yang berisi: Alevko, Athar, Vacha, dan Ceca (Antares) sebagai ketua.

Semua barang kami terbenam di sebuah pojokan di bagian belakang angkot. Perlahan kami semua menumpuk kedalam angkot berusaha mencari kenyamanan sambil desak-desakkan. Tapi sepertinya yang paling nyaman adalah Hasya yang selonjoran diatas tas agar kami semua dapat duduk.

Di awal perjalanan, perbincangannya masih berhubung dengan kami berkenalan dengan kak Akil yang juga seangkot dengan kami. Lama-lama kami ngobrol tentang pra-tugas yang ada, juga tugas yang kemungkinan terjadi. Kami juga bermain Werewolf ditengah jalan, dengan aku menjadi game masternya.

Tetapi kurang tahu bagaimana, perbincangan kami pada akhirnya selalu menjadi… horrific. Kami secara kasual membicarakan tips and tricks menjadi serial killer yang kita ketahui. Atau bicara apa yang terjadi jika Vacha mengeluarkan kepalannya dari jendela dan kepalanya tertinggal. Dengan itu aku ingin mengatakan, anak-anak dengan dark humor di OASE ada banyak.


(c) andro. angkot

Kami kemudian sampai disebuah tempat yang memiliki… Banyak vilanya. Menurut kak Opal, tempat ini bernama Vila Botani dan berposisi di Cijeruk. Kami diarahkan ke sebuah aula dimana kami langsung gunakan untuk melepas beban dan meregangkan badan. Dalam hitungan menit, dapat dilihat beberapa dari kami tertidur lelap didekat tas masing-masing. Mungkin mereka begadang semalam?

Sesi tidur siangnya tetapi tidak berlangsung terlalu lama, karena kami perlu jalan ke ‘camping ground’nya. Jaraknya mungkin kurang dari 500 meter dari aula. Tetapi dengan masing-masing membawa 3 jenis beban, rasanya seperti berjalan jauuuh lebih lama.

Tujuan akhir kami adalah sebuah lapangan yang rada berbukit. Kami kemudian melepaskan beban tas di plot yang sudah ditunjukan oleh mentor. Belum sempat berselonjoran lagi, kami sudah dipanggil untuk melakukan upacara pembukaan, tanpa bendera. Di upacara ini, aku menjadi pemimpin upacara dan Fattah menjadi pembaca Dasa Dharma.

Setelah upacara, kami kembali ke ‘plot’ masing-masing dan mulai mendirikan tenda setiap regu. For one or two reasons, reguku sangat banyak dibantu oleh Kak Anggia. Oh. Kami juga sehabisnya melakukan upacara bendera dengan petugas Michelle, Sovi, dan Hasya. Juga makan siang secara official.

Kurang tahu mana yang terjadi duluan.. Tapi seingatku sehabis istirahat sebentar untuk makan siang, ada kelompok kecil dari kami yang bernyanyi-nyanyi bersama beberapa kakak-kakak MENWA. Kami saling mengenal satu sama lain sambil mendengar Ratri memainkan lagu karangannya.

(c) andro. upacara bendera

Jika bukan itu yang terjadi duluan, berarti kejadian sebelumnya adalah kami semua dipanggil para mentor untuk mulai materi mengenai kepemimpinan. Karena LDK memang disingkatkan dari Latihan Dasar Kepemimpinan.

Kak Opal melakukan perkenalan diri yang relatif panjang mengenai kegiatan-kegiatan kak Opal di sekolah. Seperti jadi bagian dari OSIS, atau Paskibra, dan beragam komunitas lain. Kak Opal menjelaskan, bagaimana menjadi pemimpin itu tidak hanya untuk memimpin orang lain, tapi juga untuk memimpin diri sendiri juga.

Seorang pemimpin harus dapat mendengarkan anggotanya dan mampu mengarahkan anggotanya sesuai visi dan misi yang disepakati bersama di awal. Harus dapat membuat keputusan with proper judgement. Memiliki charisma yang cukup dan dapat berbicara dengan lancang agar anggotanya mendengarkannya. Dan yang paling penting, seorang pemimpin harus selalu siap memimpin dan juga siap dipimpin.

Selanjutnya yang maju adalah Kak Budi, yang memperkenalkan kami lebih baik terhadap Pramuka, beberapa pahlawan yang berpengaruh di dunia Pramuka, juga beberapa yel yel. Kak Budi menjelaskan bagaimana ada beragam level Jambore, bagaimana dulu Lord Baden Powell memulai gerakan ‘boys’ scout‘, dan dua buah yel yel yang kami selalu diminta nyanyikan.

(c) andro + alev. mencatat

Setelah yang lain sholat berjamaah, kami semua menyantap makan malam persembahaan vilanya. Karena jatah yang dibataskan, banyak yang berusaha membujuk mentor agar boleh ambil ayam gorengnya satu lagi. Tetapi aku senang-senang saja karena cah sayurnya boleh tambah sebanyak kita mau.

Sesi makan malam selesai, kami ada sedikit presentasi lagi dari kak Danta dan kak Putra, dengan moderator kak Caca. Sebelumnya, kak Opal melakukan pengantar mengenai menjadi relawan ketika bencana. Dan contoh asli dari menjadi relawan bencana adalah kak Danta dan kak Putra ini.

Seingatku, kak Danta bagian dari tim Search and Rescue; kak Putra di tim Logistik… Kayaknya. Ya. Kak Putra dan kak Danta bercerita mengenai apa saja yang dilakukan, juga kejadian-kejadian yang pernah dialami. Kami juga sempat diberi kesempatan untuk bertanya. Ada yang bertanya mengenai bagaimana kesananya, bagaimana jadi relawan, atau tentang apa yang dilakukan sebuah peran spesifik.

Aku bertanya mengenai kesehatan mental dan jika kakak fasilitatornya pernah trauma karena apa yang dilihat ketika di TKP. Ternyata kak Danta pernah trauma dan sampai perlu ke therapist untuk membantunya. Tapi kata kak Putra, walau kejadiannya sangat menyeramkan, kak Putra tidak pernah mengalami trauma atau sejenisnya.

Kalau aku boleh jujur, aku ketiduran ditengah penjelasan :(((. Aku sangat menyesal tidak dapat menahan kantukku karena aku sebenarnya sangat tertarik dengan apa yang dirasakan relawan bencana.

(c) andro. anak-anak “tewas” karena begadang malam sebelumnya

Mungkin ketika kami kembali ke tenda, waktu sudah menunjukan pukul 10. Ketika mendekat ke tempat berkumpul, kami langsung diminta untuk mematikan senter oleh kawan yang lain. Dan terlihat mengapa.

Dari tempat kami mendirikan tenda, bila lihat lurus kedepan, kita dapat melihat lampu-lampu dari kota Bogor (?) yang bersinar dengan terang dibawah sana. Langit diatas juga tidak terlalu berawan, jadi beberapa bintang terlihat menunjukan diri di malam indah tersebut.

Kami bernyanyi beberapa lagu klasik bersama dan juga sempat bermain werewolf. Tetapi kami harus tidur, karena esok kami akan berkegiatan seharian.

Share this post